Jumat, 21 Maret 2014

Khutbah Jum'at; Musibah dan Hubungannya Dengan Amar Ma'ruf Nahi Munkar


KHUTBAH PERTAMA

اَلْحَمْدُ للهِ وَحْدَهُ، نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ، وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرُ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَهُوَ الْمُهْتَدُ، وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًّا مُرْشِدًا
أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ دَعَا بِدَعْوَتِهِ اِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. وَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ، نَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ:
يَا أَيُّهَا الََّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (ال عمران : 102)
وَقَالَ فِي أَيَةٍ أُخْرَى : وَاتَّقُوا فِتْنَةً لاَ تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ.
(الأنفال : 25).
وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنِ الْمُنْكَرِ أَوْ لَيُوشِكَنَّ اللَّهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ ثُمَّ تَدْعُونَهُ فَلاَ يُسْتَجَابُ لَكُمْ.
صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمُ وَصَدَقَ رَسُوْلُهُ الأَمِيْنَ.

Ma’asyiral Muslimin sidang jama’ah jum’at rahimakumullah.
Pada hari yang agung dan mulia ini, kita masih dimuliakan Allah dengan umur yang panjang, kesehatan fisik dan mental, tidak kurang satu apapun. Dan nikmat yang terbesar yang masih ada pada diri kita adalah istiqamah dalam iman dan Islam. إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ (Kalau engkau dipanggil untuk melaksanakan shalat pada hari jumat), فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ (Bersegeralah mengingat Allah), وَذَرُوا الْبَيْعَ (Tinggalkan jual beli).

Hari ini kita meninggalkan semua transaksi dalam kehidupan. Transaksi perniagaan, perdagangan, pertanian, perkebunan, administrasi perkantoran. Saat ini semua kita tinggalkan, menyambut seruan/panggilan Allah SWT.

Oleh sebab itu ucapan yang pertama yang disampaikan khatib adalah “Alhamdulillah”. Syukur kepada Allah dengan lisan mengucapkan Alhamdulillah, syukur kepada Allah dengan perbuatan, melangkahkan kaki mengayunkan tangan, menggunakan mata dan telinga, bahkan bisikan hati senantiasa bertasbih bertahmid mengagungkan Allah SWT.

Kemudian bershalawat kita kepada Rasulullah, Nabi Muhammad SAW. Dengan mengucapkan: (اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد). Mudah-mudahan dengan memperbanyak shalawat, dalam kehidupan kita diberikan istiqamah, dan di akhir hayat kita ditutup dengan husnul khatimah, dan ketika menghadap Allah kita mendapatkan syafaatnya, Amin ya Rabbal Alamin.

Ma’asyiral Muslimin sidang jama’ah jum’at rahimakumullah.
Kalimat yang sering kita dengarkan akhir-akhir ini adalah sabar menerima musibah dari Allah SWT. Kalimat ini nampaknya betul, tapi sebenarnya dibalik ini ada dua hal yang mesti dibedakan, yaitu antara azab atau musibah. Apa perbedaan antara azab dan musibah? Inilah yang akan kita kaji pada kesempatan ini insya Allah.

Karena kalau salah memahami ini, kalau salah menyikapi ini, maka salah dalam berbicara, maka salah dalam berbuat, maka salah dalam bertindak tanduk. Maka mesti dibedakan mana yang disebut sebagai musibah yang merupakan ujian dari Allah SWT dan mana pula yang disebut sebagai azab akibat buah dari perbuatan kita.

Ma’asyiral Muslimin sidang jama’ah jum’at rahimakumullah.
Dalam beberapa ayat dan hadits Nabi SAW disebutkan bahwa azab adalah hasil dari perbuatan. Pepatah kita mengatakan: “Menabur angin menuai badai”. Badai akan datang kalau angin ditabur. Apa maknanya? Apa yang kita lakukan maka dia akan memberikan efek, dan efeknya itu bukan ujian dari Allah, tapi itu sebagai azab yang diturunkan Allah SWT.

Mana contoh ayat dalam al-Qur’an?
فَارْتَقِبْ يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاءُ بِدُخَانٍ مُبِينٍ (Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata). يَغْشَى النَّاسَ هَذَا عَذَابٌ أَلِيمٌ (Yang meliputi manusia. Inilah azab yang pedih).رَبَّنَا اكْشِفْ عَنَّا الْعَذَابَ إِنَّا مُؤْمِنُونَ (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, lenyapkanlah dari kami azab itu. Sesungguhnya kami akan beriman).

Dalam ayat yang lain Allah berfirman:
فَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا جَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهَا حِجَارَةً مِنْ سِجِّيلٍ مَنْضُودٍ
(فَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا = Maka tatkala datang azab Kami – kata Allah-, جَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا = Kami jadikan negeri itu yang di atas dibalik ke bawah).

(عَالِيَهَا :Bagian atas; سَافِلَهَا : Bagian bawah. Bagian bumi yang terletak di atas (عَالِيَهَا), Kami jadikan yang di atas turun ke bawah (سَافِلَهَا). Apa maknanya? Ini adalah azab dari Allah SWT.

وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهَا حِجَارَةً مِنْ سِجِّيلٍ مَنْضُودٍ (Setelah kami jadikan bagian bawah bumi naik ke atas dan yang di atas turun ke bawah, وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهَا حِجَارَةً = Kami hujani mereka dengan batu. مِنْ سِجِّيلٍ مَنْضُودٍ = Dari tanah liat yang terbakar secara bertubi-tubi.

Ma’asyiral Muslimin sidang jama’ah jum’at rahimakumullah.
Kapan peristiwa ini terjadi? Pada zaman nabi Luth AS. Dimana peristiwa ini terjadi? Di sebuah kampung, nama kampungnya Sadum. Maka orang-orang yang melakukan perbuatan seperti perbuatan orang Sadum, dia disebut sedang melakukan Sadum = Sodomi.

Apa maknanya? Allah Ta’ala bukan sedang menguji, tapi sedang menjatuhkan azab. Apakah tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba saja azab itu datang? Bukan. Azab adalah buah dari perbuatan. Ini adalah hukuman dari Allah SWT.

Kenapa hukuman itu datang? إِنَّ اللَّهَ لاَ يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ (Allah Ta’ala tidak pernah menzhalimi hambanya, مِثْقَالَ ذَرَّةٍ = Sebesar dzarrah pun tidak pernah Allah menzhalimi hamba-Nya). Karena Allah itu selalu kita sebut: بسم الله الرحمن الرحيم (Dia Maha Kasih, Maha Sayang). Tapi kenapa hukuman itu terjadi juga? Karena manusia itulah yang meminta dalam bentuk perbuatan dosa.

Ma’asyiral Muslimin sidang jama’ah jum’at rahimakumullah.
Dalam ayat yang lain:
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لاَ تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
(وَاتَّقُوا = Takutlah kamu, bersiap-siaplah kamu, perlukah kamu merasa khawatir. Apa yang ditakutkan? فِتْنَةً = Azab, لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً = Kalau azab itu turun, dia tidak menimpa yang zhalim-zhalim saja. Tapi ketika dia turun, orang zhalim dan orang yang tidak zhalim ikut rata habis semua).

Apa maknanya? Bahwa ada perbuatan zhalim, barulah kezhaliman itu mengundang azab Allah. Turunlah azab. Ketika azab itu turun dia tidak menimpa الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً = Dia tidak menimpa yang zhalim, خَاصَّةً = Secara khusus, tapi عَامَّةً = Semuanya terkena.

Apa sebab? Dimana letak keadilan Allah SWT? Kenapa ketika azab datang, yang baik pun kena, yang banyak puasa sunnat pun kena, yang pergi haji, thawaf, sa’i pun kena, yang siang malam berdoa bertasbih berzikir pun kena? itu semua akibat dosa tinggal bersama orang zhalim.

Ma’asyiral Muslimin sidang jama’ah jum’at rahimakumullah.
Ada seorang ulama besar, namanya Imam Sufyan Ats-Tsauri, tinggalnya di Iraq. Pada masa dia hidup, waktu itu yang menjadi khalifah bernama Khalifah Abu Ja’far al-Manshur. Abu Ja’far al-Manshur berkirim surat kepada Imam Sufyan Ats-Tsauri. Sufyan Ats-Tsauri diundang untuk datang ke istana. Undangan pertama, dia tidak datang. Diundang yang kedua kali, tidak juga datang. Diundang ketiga kali, dia tidak juga datang.

Sampai akhirnya Allah mempertemukan antara Imam Sufyan Ats-Tsauri dengan Khalifah Abu Ja’far Al-Manshur di tepi Ka’bah saat mereka sama-sama melaksanakan ibadah Haji. Sama-sama thawaf. Ketika sama-sama thawaf, khalifah Abu Ja’far al-Manshur menengok Imam Sufyan Ats-Tsauri.

Maka selesai thawaf, selesai melaksanakan haji, Imam Sufyan Ats-Tsauri dipanggil oleh Khalifah Abu Ja’far Al-Manshur. Apa kata khalifah, “Wahai Imam Sufyan Ats-Tsauri, Apakah belum sampai undangan untuk datang ke istana?” Kata Imam Sufyan Ats-Tsauri, “Ada undangan itu wahai Khalifah”. Lalu kenapa tidak datang? Imam Sufyan Ats-Tsauri tidak menjawab, tapi dia bacakan ayat:

وَلَا تَرْكَنُوا إِلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا فَتَمَسَّكُمُ النَّارُ

(Janganlah kamu dekat-dekat dengan orang zhalim, nanti kamu terkena jilatan api neraka).

Apa maknanya? Jangankan berbuat zhalim, dekat-dekat orang zhalim pun, walaupun tidak masuk neraka, tapi terkena jilatan apinya sedikit, itu pun ditakutkan. Ada api, menyala, memang kita tidak masuk ke dalam api itu, kulit kita tidak terbakar, tapi paling tidak bulu kaki, bulu tangan ada juga yang terbakar, tercium juga baunya.

Mendengar ayat itu dibacakan, diam Abu Ja’far al-Manshur, tahulah dia bagaimana seorang Imam bernama Sufyan Ats-Tsauri adalah orang yang wara’. Wara’ bukan hanya menjaga diri dari yang haram. Banyak orang yang sanggup menjaga diri dari khamar, banyak orang yang sanggup menjaga diri dari zina, tapi menjaga diri dari yang syubhat, dekat-dekat orang zhalim pun dia tidak mau.

Kenapa dia tidak mau dekat dengan orang yang zhalim? Karena ketika hukuman datang kepada orang yang zhalim, hukuman itu tidak hanya menimpa kepada yang zhalim saja, yang baik-baik pun ikut juga.

Ma’asyiral Muslimin sidang jama’ah jum’at rahimakumullah.
Dalam sebuah hadits shahih dikatakan Nabi SAW: لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوفِ = Ajaklah orang berbuat baik. وَلَتَنْهَوُنَّ عَنِ الْمُنْكَرِ = Laranglah orang berbuat munkar.

Kalau yang dua ini tidak dilakukan, أَوْ لَيُوشِكَنَّ اللَّهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ = Dikhawatirkan Allah Ta’ala menurunkan hukuman kepada kamu. Ini menunjukkan bahwa musibah bukan ujian, tapi hukuman diturunkan akibat tidak melakukan amar ma’ruf nahi munkar.

Ketika turun hukuman itu: ثُمَّ تَدْعُونَهُ = Lalu kalian pun berdoa beramai-ramai, فَلاَ يُسْتَجَابُ لَكُمْ = Tapi doa kamu tidak dikabulkan. Di akhir hadits dikatakan: فَلاَ يُسْتَجَابُ لَكُمْ = Doa kamu tidak dikabulkan.

Ramai kita datang ke tanah lapang, lalu shalat dan berdoa: اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ = Ya Allah, jauhkanlah segala bentuk keji munkar musibah bala bencana. Dalam hadits dikatakan: ثُمَّ تَدْعُونَهُ = Kemudian kamu berdoa, فَلاَ يُسْتَجَابُ لَكُمْ = Tapi doa kamu tidak dikabulkan Allah SWT. Apa sebab? Karena ini bukan ujian, tapi ini adalah azab yang diturunkan akibat efek dari perbuatan yang zhalim.

Ma’asyiral Muslimin sidang jama’ah jum’at rahimakumullah.
Ada sebuah hadits Rasulullah SAW yang patut kita kaji dan renungi bersama.
عَنْ جَرِيرٍ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ »مَا مِنْ رَجُلٍ يَكُونُ فِى قَوْمٍ، يُعْمَلُ فِيهِمْ بِالْمَعَاصِى، يَقْدِرُونَ عَلَى أَنْ يُغَيِّرُوا عَلَيْهِ فَلاَ يُغَيِّرُوا، إِلاَّ أَصَابَهُمُ اللَّهُ بِعَذَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَمُوتُوا.« أبو داود.

"Tidaklah seseorang yang berada di tengah suatu kaum, yang mana di kalangan kaum itu ada orang yang melakukan perbuatan maksiat. Mereka mampu mencegahnya, tapi mereka tidak melakukannya. Maka Allah pasti akan menimpakan azab kepada mereka sebelum mereka mati”. (HR. Abu Daud).

Hadits ini memberikan gambaran kepada kita tentang seorang pelaku maksiat yang tinggal di tengah suatu kaum yang baik-baik dan kaum itu tidak ikut melakukan perbuatan maksiat. Akan tetapi mereka tidak mencegah si pelaku maksiat tersebut dari perbuatan maksiatnya, padahal mereka mampu mencegahnya.

Mungkin mereka menyangka kebaikan mereka sudah cukup untuk menutupi perbuatan maksiat dari salah satu warga mereka itu. Akan tetapi pemahaman seperti itu keliru, justru Rasulullah SAW menyatakan bahwa azab pasti akan ditimpakan kepada mereka sebelum mereka dimatikan oleh Allah SWT.

Adakalanya azab ditimpakan di dunia, ada pula azab yang ditunda hingga ditimpakan di akhirat kelak. Akan tetapi bagi orang-orang yang tidak melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar, maka Rasulullah SAW sebutkan bahwa mereka pasti akan ditimpa azab sebelum kematian menjemput mereka, sebagai hukuman bagi mereka yang tidak mau melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar, padahal mereka mampu melakukannya.

Ma’asyiral Muslimin sidang jama’ah jum’at rahimakumullah.
Amar ma’ruf dan nahi munkar, dua perkara yang mesti dilaksanakan secara seimbang. Ketika berjalan pincang, maka azab Allah pun datang. Kaum yang disebutkan dalam hadits diatas mungkin adalah kaum yang shaleh dan melakukan perbuatan baik. Akan tetapi mereka melupakan satu hal bernama Nahi Munkar.

Mereka menyangka perbuatan baik saja sudah cukup, ternyata prasangka mereka keliru. Perbuatan baik saja tidaklah cukup, ia mesti dibarengi dengan kepekaan sosial dan rasa gelisah melihat kemungkaran, yang kemudian diwujudkan dalam bentuk aksi nahi munkar, sesuai dengan kemampuan dan posisi masing-masing.

Musim berganti, masa berubah dan dunia tetap diisi dengan ma’ruf dan munkar, perdebatan antara baik dan buruk, persaingan antara hitam dan putih. Kembali kepada kita menempatkan diri, di mana kita berpihak.

Jangan sampai azab turun menimpa anak-anak kecil yang tidak berdosa dan orang-orang tua renta, hanya karena kesalahan kita yang tidak menjalankan amar ma’ruf dan nahi munkar yang merupakan perintah-Nya.

Ma’asyiral Muslimin sidang jama’ah jum’at rahimakumullah.
Pada zaman Nabi Musa AS, Bani Israel ditimpa musim kemarau yang berpanjangan. Mereka pun berkumpul mendatangi Nabi mereka. Mereka berkata, “Ya Kalimallah, berdoalah kepada Rabb-mu agar Dia menurunkan hujan kepada kami”. Maka berangkatlah Musa AS bersama kaumnya menuju padang pasir yang luas. Waktu itu mereka berjumlah lebih dari 70 ribu orang. Mulailah mereka berdoa dengan keadaan yang lusuh dan penuh debu, haus dan lapar.

Nabi Musa berdoa,
إِلَهِيْ، اَسْقِنَا غَيْثَكَ، وَانْشُرْ عَلَيْنَا رَحْمَتَكَ، وَارْحَمْنَا بِاْلأَطْفَالِ الرُّضَّاءِ، وَالْبَهَائِمِ الرُّتَّاءِ، وَالْمَشَايِخِ الرُّكَّاءِ

Setelah itu langit tetap saja terang benderang, matahari pun bersinar makin menyilau, segumpal awan pun tak jua muncul. Kemudian Nabi Musa berdoa lagi, “إِلَهِيْ، اَسْقِنَا غَيْثَكَ”.
Allah pun berfirman kepada Musa, “Bagaimana Aku akan menurunkan hujan kepada kamu, sedangkan di antara kalian ada seorang hamba yang bermaksiat sejak 40 tahun yang lalu. Umumkanlah di hadapan manusia agar dia berdiri di hadapan kalian semua. Karena dialah, Aku tidak menurunkan hujan untuk kamu”.

Maka Musa pun berteriak di tengah-tengah kaumnya, “Wahai hamba yang bermaksiat kepada Allah sejak 40 tahun, keluarlah ke hadapan kami, karena engkau-lah hujan tidak turun”.

Seorang lelaki menjeling ke kanan dan kiri, maka tidak seorang pun yang keluar di hadapan manusia, saat itu pula ia sadar kalau dirinya yang dimaksudkan. Ia berkata dalam hatinya, “Kalau aku keluar ke hadapan manusia, maka akan terbuka rahasiaku. Kalau aku tidak berterus terang, maka hujan pun tak akan turun”.

Maka hatinya pun gundah-gulana, air matanya pun menetes, menyesali perbuatan maksiatnya sambil berkata, “Ya Allah, Aku telah bermaksiat kepada-Mu selama 40 tahun, selama itu pula Engkau menutupi aibku. Sungguh sekarang aku bertaubat kepadaMu, maka terimalah taubatku”.

Tak lama setelah pengakuan taubatnya tersebut, maka awan-awan tebal pun muncul, semakin lama semakin tebal menghitam, dan akhirnya turunlah hujan. Musa pun keheranan, “Ya Allah, Engkau telah turunkan hujan kepada kami, namun tidak seorang pun yang keluar di hadapan manusia”.

Allah berfirman, “Aku menurunkan hujan kepada kamu oleh sebab hamba yang karenanya hujan tidak turun telah bertaubat kepada-Ku”.

Musa berkata, “Ya Allah, tunjukkan padaku hamba yang taat itu”. Allah berfirman, “Ya Musa, Aku tidak membuka aibnya sewaktu dia masih bermaksiat kepadaKu, apakah Aku perlu membuka aibnya sedangkan dia taat kepadaKu?”

Ma’asyiral Muslimin sidang jama’ah jum’at rahimakumullah.
Begitulah baiknya Allah. Kalaulah dibuka aib kita setiap kali kita melakukan dosa, betapa malunya kita di hadapan manusia. Tetapi dengan rahmat-Nya ditutup-Nya aib kita, bahkan sekiranya bertaubat maka Allah ampunkan dosa-dosa dan akan ditutup Allah segala aib yang pernah kita lakukan.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ.


KHUTBAH KEDUA

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا. اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ، اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى.
وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ، وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ، كَمَا قَالَ تَعاَلَى: اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، وَ بَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، فِي الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ يَا قَاضِيَ الْحَاجَةِ.
اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ، فِي بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَفِي سَائِرِ بِلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً
اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ.
رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَاللهِ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ، وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِِ وَاْلبَغْي، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، فَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ، وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ.