Selasa, 13 November 2012

Jiwa- Jiwa Barzakh


Jiwa- Jiwa Barzakh

Merekalah jiwa-jiwa barzakh.

Alam gelap… Alam sunyi… Alam senyap …

Datang dua orang malaikat “SIAPA TUHANMU?”. Gemetar tanya mereka. “Aku… aku… aku… tidak tahuuuuu… ”Ya ALLAH, kenapa lidah ini begitu kelu menyebut asma-Mu, kenapa lisan ini begitu kaku. Sungguh, aku telah menghafalnya di dunia, telah kuulang puluhan, ratusan, ribuan, milyaran kali, tapi kenapa ya ALLAH? Apakah kurang khusyu shalatku? Apakah kurang panjang do’a ku? Apakah kurang basah lisanku? Apakah kurang cintaku dan kurusak dengan cinta-cinta lain selain-Mu? Oh ... ALLAH, “Aku… aa…aku tidak tahuuuuuuu…“ Rasakan siksanya!!!” Gada, palu, dan rantai menghampiri tubuhnya, H A N C U R, darah berceceran, sakit, menjerit, aaaaa… Dibarukan lagi, dihancurkan lagi, darah mengalir, sakit, menjerit, aaaaaaaaa, dibarukan lagi.

“SIAPA NABIMU?” Gelegar tanya mereka. “Aku… aku… aku… tidak tahuuuuu….. ”Ya Habibi, ya Muhammad, kenapa lidah ini begitu kelu menyebutmu, kenapa aku sulit menjawab pertanyaan ini, kenapa? Sungguh telah kuikuti langkahmu, mengajak manusia, berda’wah dengan sungguh-sungguh kepada mereka, mengajak mereka mengenal ALLAH dan engkau. Sungguh telah kuamalkan semua sunnahmu. Kujauhi semua laranganmu. Telah kurindu engkau dalam hatiku, bersemayam engkau dalam lubuk batinku. Apakah kurang ikhlas da’wahku? Apakah kurang pengorbananku dalam da’wah ini? Apakah ia diiringi dengan riya’, dan mengharapkan pamrih manusia? Oh, Muhammad. “Aku… aku… aku tidak tahuuuuu… ” “Rasakan siksanya!!!”

“APA KITAB-MU?” Gelegar petir suara tanya mereka. “Aku... aku… aku… tidak tahuuuuu….. ”Ya Hudaaan, ya Qur’an, kenapa lagi lidahku? Kenapa namamu tak mampu kusebut dan kujawab pertanyaan ini, agar selesai sudah semua penderitaan? Telah kubaca engkau, dihari-hari sibukku, penghias batinku di tengah-tengah kehidupan yang penuh coreng moreng nista, dosa dan maksiat. Telah kuhafal engkau sebagai teman malamku. Saat orang lain terlelap, kulantunkan kalimatmu yang indah, dan menangis daku. Mana air mataku, ia telah menjadi saksi bahwa aku pernah menangis di dunia karena membacamu. Telah kubela engkau, saat manusia bodoh menghina dan menginjak-injak isi kandunganmu. Apakah kurang suci lisanku? Apakah kurang baik tajwidku? Apakah kupermainkan engkau, karena kutahu isinya namun tak mengamalkan? Oh… Qur’an, “aku… aku… aku tidak tahuuu…” “Rasakan siksanya!!!”

“DI MANA KIBLATMU?” Tanya mereka “Oh… oh… oh aku tidak tahuuuu….” Ya Ka’bah Mukarromah, kenapakah lidahku? Kenapa engkau tak mampu kusebut dan kujawab pertanyaan ini agar ringan penderitaanku? Sungguh, telah kuhadapkan wajahku mengarah kepadamu, puluhan kali dalam sehari. Kutambah amalan yang wajib dengan shalat-shalat sunnah. Telah kuraba engkau, sesampainya di rumahmu bersama jutaan manusia lain yang melaksanakan haji. Telah sering kubincangkan engkau dalam seruan mengajak manusia untuk membangun masjid agar bertambah banyak yang mengarahkan wajahnya padamu. Apakah kurang bermakna shalatku? Apakah kurang lantunan takbirku? Apakah kukhianati engkau, karena ada kiblat lain dalam kehidupanku? Oh… Ka’bah Mukarromah. “aku… aku… aku tidak tahuuuu…” “Rasakan siksanya!!!” Gada, palu dan rantai menghampiri tubuhnya. Hancur, darah berceceran, sakit, menjerit, aaaa… Dibarukan lagi, dihancurkan lagi, darah mengalir, sakit, menjerit, aaaaa, dibarukan lagi.

Jiwa-jiwa barzakh menangis, pilu menyayat hati. Mengguncang keras bagai pipit, menghias dinding-dinding kubur yang sempit menghimpit. Mereka, jiwa-jiwa barzakh itu selalu merasa tak sempurna walau telah berusaha memenuhi tugasnya di dunia.

Merekalah jiwa-jiwa barzakh.

Malam gelap, kubur gelap, langit gelap, hati terang seterang rembulan.

“Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak pula mereka masuk syurga, hingga unta masuk kelobang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan. Mereka mempunyai tikar tidur dari api neraka dan di atas mereka ada selimut (api neraka). Demikianlah Kami beri balasan kepada orang-orang yang zalim.” (QS. Al- A’raaf: 40-41)

Sudah siapkah diri anda menghadapinya? Ingat diri kita hanya hidup untuk 'saat' ini saja, setelah itu menjadi masa lalu. Masa depan adalah 'saat' ini yang masih dalam rahasia tuhan. Tak ada yang abadi. Hanya 'Dia' yang maha agung yang abadi. Selainnya, semua pasti mati.

“Aku tersesat dalam kelalaian, sedang kematian menuju ke arahku, kian lama kian dekat. Jika aku tidak mati hari ini, suatu hari kelak aku pasti mati”.

“Aku manjakan tubuhku dengan pakaian-pakaian halus dan mewah, padahal tubuhku akan membusuk dan hancur dalam kubur. Aku bayangkan tubuhku berangsur-angsur akan hilang sedikit demi sedikit berkurang hingga tinggallah kerangka tanpa kulit tanpa daging”.

“Aku melihat umurku kian habis, namun keinginan-keinginanku belum juga terpuaskan. Perjalanan panjang terbentang di hadapanku, sedangkan aku tidak memiliki bekal untuk menempuh jalan itu”.

“Aku mendurhakai Tuhanku dan melanggar perintah-perintah-Nya dengan terang-terangan, padahal Dia mengawasiku setiap saat. Aku menuruti hatiku dalam perbuatan-perbuatan yang memalukan”.

“Apapun yang telah terjadi tak dapat dihapuskan. Dan sang waktu, bila telah berlalu tidak dapat ditarik kembali. Ya Allah Ya ‘Alim, aku berdosa secara rahasia, tidak pernah orang lain mengetahui dosa-dosaku yang mengerikan, tapi esok, rahasia dosa-dosaku akan ditampakkan, dan diperlihatkan kepada Tuhanku”.

“Walaupun hati merasa takut, aku sangat percaya ampunan-Nya yang tak terbatas. Aku berdosa dan tak tahan menanggung malu, tetapi aku bergantung kepada ampunan-Nya yang tak terbatas”.

“Seandainya tidak ada azab setelah kematian, tiada janji akan surga, tiada ancaman akan neraka, kematian dan kebusukan tubuhku cukuplah sebagai peringatan”.

“Tak diragukan lagi, aku adalah yang terburuk di antara semua hamba-hamba-Nya, belas kasihanilah aku dalam kegelapan kesendirian dalam kubur, ketika aku ditinggalkan oleh segalanya”.

Marilah setiap detak-detik jantung, selalu kita isi dengan menyebut Asma Teragung di seluruh jagad semesta raya ini.

Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci.

Wallahu a’lam bish shawwab ....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar